BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional,yaitu dengan melakukan perbaikan kurikulum, peningkatan mutu guru, penyediaan sarana dan prasarana, perbaikan kesejahteraan guru, perbaikan organisasi sekolah, perbaikan manajemen, dan pengawasan terhadap perundang-undangan.
Hal tersebut penting dilakukan oleh pemerintah karena pendidikan sangat terkait dengan peningkatan sumber daya manusia (SDM) sebagai bangsa.
Pada tatanan makro, ternyata manajemen pendidikan nasional masih lemah. Menurut Yahya Muhaimin (dalam Jalal dan Supriadi, 2001)bahwa pendidikan nasional masih dihadapkan pada berbagai masalah pokok, yaitu 1. Masih rendahnya pemerataan memperoleh pendidikan, 2. Masih rendahnya mutu dan relevansi pendidikan, 3. Masih lemahnya manajemen pendidikan.
Lemahnya manajemen pendidikan sampai saat ini belum ditindak lanjuti dengan ketekunan dan kesungguhan dalam pengelolaan pendidikan sebagai implikasi UU No. 22 tahun 1999 dan PP Nomor 25 Tahun 2000 yang menetapkan pembagian kewenangan pengelolaan bidang pendidikan antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Untuk itu diperlukan perangkat-perangkat pelaksana pendidikan yang profesional, kredibel dan akuntabel dalam bidang manajemen. Semua jenjang pendidikan harus dikelola sesuai dengan aturan. Sedangkan dalam mengelola Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional diperlukan terobosan-terobosan yang lebih inovatif dan efektif untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga turut menjadi faktor penting dalam upaya peningkatan SDM. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus direspon dengan perencanaan yang baik sehingga muncul adaptasi dan inovasi dalam manajemen pendidikan. Manajemen pendidikan perlu diubah menuju pendidikan berbasis perpustakaan yang bermuara pada jaminan mutu lulusan.
Namun saat ini keberadaan perpustakaan sekolah dilingkungan sekolah masih kurang mendapat perhatian. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya pertumbuhan perpustakaan pada lembaga pendidikan, khususnya pada tingkat pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Data Jardiknas tahun 2009 menyebutkan bahwa dari 286.923 unit sekolah diseluruh Indonesia belum seluruhnya memiliki perpustakaan sekolah.
Perpustakaan adalah suatu unit kerja dari suatu badan, atau lembaga tertentu yang mengelola bahan-bahan pustaka, baik berupa buku maupun berupa non book material yang diatur secara sistematis menurut aturan tertentu sehingga dapat digunakan sebagai sumber informasi dan sumber belajar.
Jika dikaitkan dengan sumber belajar, maka perpustakaan merupakan salah satu dari berbagai sumber belajar yang ada disekolah. Berdasarkan definisi sumber belajar yang diberikan oleh assosiation for education communication technology (AECT) sumber belajar dapat didefinisikan sebagai berbagai sumber baik berupa data, orang atau wujud tertentu yang dapat digunakan oleh siswa untuk belajar baik yang digunkan secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga memudahkan siswa dalam mencapai sumber belajar.
Ditinjau dari pendayagunaannya, AECT membedakan sumber belajar menjadi dua macam, yaitu: 1. Sumber belajar yang dirancang atau sengaja dibuat untuk digunakan dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Sumber belajar yang dirancang tersebut dapat berupa buku teks, buku paket, slide, film, video dan sebagainya yang memang dirancang untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, 2. Sumber belajar yang tidak dirancang atau tidak sengaja dibuat untuk membantu mencapai tujuan pembelajaran. Jenis ini banyak terdapat disekitar kita dan kita dapat memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan kita, misalnya museum, toko,alam sekitar kita. Kegiatan belajar yang ditunjang oleh fasilitas serta bahan pustaka yang tersedia di perpustakaan akan memberikan pengalaman ganda yaitu dapat mencapai tujuan pengajaran dan kemampuan menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar. Namun keberadaan perpustakaan sekolah dilingkungan sekolah masih kurang mendapat perhatian. Hal ini terlihat dari rendahnya pertumbuhan perpustakaan pada lembaga pendidikan, khususnya pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Dari 286.923 unit sekolah diseluruh Indonesia, belum semuanya memiliki perpustakaan (data jardiknas, 2009). Data ini memperlihatkan bahwa perpustakaan belum menjadi prioritas sebagai salah satu fasilitas dalam kegiatan pembelajaran. Langkah nyata guru fisika dalam mengoptimalkan peran perpustakaan dalam pembelajaran yaitu dengan menerapkan metode belajar yang mengharuskan siswa “berinteraksi” dengan perpustakaan. Salah satu materi pembelajaran fisika yang akan diajarkan dengan menggunakan metode ini adalah “Gelombang Elekttromagnetik”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang dapat didentifikasi pada makalah ini adalah
1. Pemahaman konsep belajar dalam Fisika.
2. Peran perpustakaan dalam pembelajaran fisika kelas x pada materi gelombang elektromagnetik.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pemahaman Konsep dalam Belajar Fisika
Pemahaman dapat diartikan sesuatu menguasai konsep dengan pikiran. Menurut Sudirman (1990:23) “ Proses belajar itu pada prinsipnya bertumpu pada struktur kognitif, yaitu: penataan konsep, fakta serta prinsip-prinsip sehingga membentuk suatu kesatuan yang memiliki makna bagi peserta didik”. Struktur tersebut akan dapat memepengaruhi perkembangan penampilan seseorang dan pada perkembangan berikutnya terjadi pembentukan konsep.
Belajar konsep Fisika merupakan hal yang mendasar untuk dipahami dan dimengerti. Memahami konsep Fisika akan lebih terarah bila disertai dengan mengadakan praktikum di Laboratorium dan pemanfaatan perpustakaan sekolah. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), pengertian konsep adalah “ Gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada diluar bahasan yang digunakan oleh akal, untuk mamahai hal-hal lain. Sementara itu menurur Sunarto, konsep dapat diartikan sebagi pengertian yang dapat dinyatakan dengan satu kata atau lebih yang menggambarkan suatu kelompok manusia, benda, peristiwa atau tata cara hubungan dengan ciri tertentu yang dimilki bersama. Dari kedua pendapat ini dapat disimpulkan bahwa pengertian dasar konsep merupakan aktivitas mental, konsep akan terbentuk dari pengamatan seseorang. Seorang guru harus berhati-hati dalam memperkenalkan konsep baru dalam Fisika, karena pra konsep atau pengalaman masa lampau akan mempengaruhi perkembangannya.
Kesalahan konsep dapat diartikan sebagai perbedaan pemahaman antara apa yang telah dipahami siswa dengan yang dimaksud oleh buku acuan atau masyarakat ilmiah. Konsep yang salah pada diri siswa kan mengganggu aktivitas belajar serta mengganggu pikiran siswa dalam menerima pengetahuan berikutnya karena dalam fikiran siswa sebelum belajar Fisika sudah banyak terbentuk pra konsep tentang pengetahuan pengetahuan Fisika. Guru fisika apabila tidak menyadari hal tersebut maka pelajaran mengenai konsep-konsep baru langsung saja dimasukkan ke dalam pikiran siswa. Akibatnya, pikiran siswa tercampur antara konsep lama ( yang kadang salah) dengan konsep baru yang mungkin belum dimegerti secara baik. Campuran ini menimbulkan pengertian yang salah dan akan menyebabkan kesulitan siswa dalam belajar Fisika.
1.1 Pengertian Konsep Fisika
1.1.1 Pengertian Konsep
Konsep belajar merupakan hasil utama pendidikan dan dapat juga menjadi sarana untuk membangun proses berpikir. Konsep-konspe dasar pada dasarnya diamati, akan tetapi konsep tersebut diperoleh dengan mengamati suatu objek. Oleh karena itu menjadi suatu hal yang sulit untuk memberikan defenisi konsep. Hal disebabkan defenisi konsep tidak terbatas. Menurut Rasser dalam Dahar RW, konsep adalah suatu atraksi yang mewakili suatu kelas, objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, kejadian-kejadia, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama”. Berdasarkan kutipan diatas trejadilah pembentukan konsep oleh stimulus yang berbeda-beda. Walaupun konsep tidk dapat diartikan menurut pandangan masing-masing.
1.1.2 Pengertian Konsep Fisika
Pengertian konsep Fisika dalam makalah ini merupakan bentuk pernyataan berupa teori atau rumus yang berkaitan dengan pokok bahasan gerak. Hal ini dapat dinyatakan dengan kata-kata atau dala m bentuk formula yang menyatakan antara satu besaran dengan besaran lainnya atau hubungan sebab akibat atas besaran-besaran tersebut.
Pentingnya memahami konsep Fisika dalam kehidupan sehari-hari maksudnya agar siswa dapat menentukan dan menjelaskan objek atau suatu peristiwa yang berkaitan dengan Fisika, sehingga akan memudahkan mengidentifikasi dan mengklasifikasi objek dan peristwa yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Ciri seseorang yang telah memahami konsep yaitu jika ia telah dapat menghadapi objek atau peristiwa sebagai suatu kelompok, golongan, kelas atau kategori, maka ia dpat dikatakan telah belajar konsep. Belajar konsep Fisika merupakan bagian penting daripelaksanaan pembelajarn Fisika. Hal ini disebabkan juga dengan belajar konsep Fisika dapat dengan mudah mencapai pemahaman materi, juga dapat meningkatkan kemampuan dalam mengajar sebagaimana dinyatakan dalam system pengajaran mikro.
2. Peran Perpustakaan Dalam Pembelajaran Fisika Kelas X Pada Materi Gelombang Elektromagnetik.
Peranan perpustakaan di dalam pendidikan amatlah penting, yaitu untuk membantu terselenggaranya pendidikan dengan baik. Dengan demikian sasaran dan tujuan operasional dari perpustakaan sekolah adalah untuk memperkaya, mendukung, memberikan kekuatan dan mengupayakan penerapan program pendidikan yang memenuhi setiap kebutuhan siswa, disamping itu mendorong dan memungkinkan tiap siswa mengoptimalkan potensi mereka sebagai pelajar.
Penyelenggaraan perpustakaan sekolah bukan hanya untuk menyimpan bahan-bahan pustaka, tetapi dengan adanya penyelenggaraan perpustakaan sekolah diharapkan dapat membantu murid-murid dan guru menyelesaikan tugas-tugas dalam proses belajar mengajar. Oleh sebab itu segala bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan sekolah harus dapat menujang proses belajar mengajar, maka dalam pengadaan bahan pustaka hendaknya mempertimbangkan kurikulum sekolah, serta selera para pembaca yang dalam hal ini adalah murid-murid.
Perpustakaan sekolah sebagai perangkat perlengkapan pendidikan mempunyai tugas:1. Menyerap dan menghimpun informasi guna kegiatan belajar mengajar, 2. Mewujudkan suatu wadah pengetahuan dengan administrasi dan organisasi yang sesuai sehingga memudahkan penggunanya, 3. Menyediakan sumber-sumber rujukan yang tepat guna untuk kegiatan konsultasi bagi pengajar dan pelajar, 4. Menyediakan bahan-bahan yang bermanfaat bagi kegiatan rekresi yang berkaitan dengan bidang budaya dan dapat meningkatkan selera, mengembangkan daya kreatif, 5. Melaksanakan layanan perpustakaan yang sederhana, mudah dan menarik sehingga pengajar dan pelajar tertarik dan dapat menjadi terbiasa dalam menggunakan perpustakaan dan 6. Pusat layanan bahan pustaka bagi siswa dan guru. Perpustakaan sekolah sebagai penunjang utama dalam kegiatan pembelajaran mempunyai sumbangan yang sangat besar nilainya dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan.
Sebagai salah satu fasilitas sekolah, perpustakaan mempunyai tujuan : 1) Menumbuhkan rasa sadar akan pentingnya membaca, 2) Memberikan kesempatan pada siswa untuk memperoleh pengetahuan yang lebih luas, 3) Mengarahkan siswa untuk memahami isi sebuah bacaan, 4) Mengembangkan daya berpikir siswa, 5) Membimbing siswa untuk belajar mandiri tanpa harus menunggu perintah dari guru, 6) Memperluas sasaran pendidikan, 7) Memberi kesempatan siswa dalam menggunakan bahan referensi dengan baik dan benar.
Perpustakaan sekolah merupakan bagian integral dari program sekolah secara keseluruhan yang turut menentukan berlangsungnya suatu proses pendidikan dan pengajaran yang ideal.Informasi dan ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui membaca dan belajar di perpustakaan dapat menjadi wawasan baru bagi seluruh warga sekolah.
Perpustakaan sekolah akan bermanfaat apabila benar-benar memperlancar pencapaian tujuan proses belajar mengajar di sekolah. Indikasi manfaat tersebut tidak hanya berupa tinginya prestasi murid-murid, tetapi lebih jauh lagi, antar lain adalah murid-murid mampu mencari, menemukan, menyaring dan menilai informasi, murid-murid terbiasa belajar mandiri, murid-murid terlatih kearah tanggung jawab, murid-murid selalu mengikuti perkembangan IPTEK.
Secara terperinci, manfaat perpustakaan sekolah, baik yang diselenggarakan di sekolah dasar, maupun di sekolah menengah adalah sebagai berikut: 1. Perpustakaan sekolah dapat menimbulkan kecintaan murid-murid tehadap membaca, 2. Perpustakaan sekolah dapat memperkaya pengalaman belajar murid-murid, 3. Perpustakaan sekolah dapat menambah kebiasaan belajar mandiri yang akhirnya murid-murid mampu belajar mandiri, 4. Perpustakaan sekolah dapat mempercepat proses penguasaan teknik membaca, 5. Perpustakaan sekolah dapat membantu perkembangan kecakapan berbahasa, 6. Perpustakaan sekolah harus dapat melatih murid-murid kearah tanggung jawab, 7. Perpustakaan sekolah harus dapat memperlancar murid-murid dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah, 8. Perpustakaan sekolah dapat membantu guru-guru menemukan sumber-sumber pengajaran, 9. Perpustakaan sekolah dapat membantu murid-murid, guru-guru, dan anggota staf sekolah dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berkenaan dengan pemanfaatan perpustakaan, guru perlu memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik dan berminat untuk memanfaatkan bahan pustaka yang disediakan di perpustakaan. Guru diharapkan dapat menjadi fasilitator dan memberikan teladan dengan cara memberikan bimbingan kepada siswa agar gemar membaca buku-buku yang diperlukan dan dapat mengembangkan berbagai pengetahuan lainnya diluar materi pelajaran di kelas. Guru sebagai fasilitator mengandung pengertian bahwa guru harus berusaha untuk mengetahui secara pasti kebutuhan sumber-sumber pustaka yang dibutuhkan oleh siswa, guru itu sendiri ataupun kebutuhan dalam pengembangan pengetahuan lainnya yang relevan. Beberapa peran guru sebagai fasilitator dalam optimalisasi peran perpustakaan sekolah diantaranya:1. Kewajiban untuk dapat menyediakan informasi bahan ajar dan mengupayakan darimana dan bagiamana cara memperoleh sumber-sumber belajar tersebut. Jika guru tidak melakukan perannya dengan baik, maka hal itu akan menjadi salah satu penghambat pemanfaatan perpustakaan sekolah, 2. Guru sebagai kunci pembuka perpustakaan artinya apabila guru tidak berupaya memotivasi siswa untuk memanfaatkan bahan pustaka maka siswa tidak tertarik dan berminat terhadap perpustakaan, 3. Sebagai faslilitator karena guru mengetahui secara pasti sumber sumber buku apa saja yang dibutuhkan oleh siswa. Peran guru sebagai faslitator diantaranya adalah kewajiban untuk dapat menyediakan informasi bahan ajar dan mengupayakan darimana dan bagiamana cara memperoleh sumber-sumber belajar tersebut kepada penyelenggara perpustakaan atapun ke level kepala sekolah.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dilakukan tersebut, dapat dikemukakan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
A.Simpulan
Agar para siswa mempunyai pengetahuan, pemahaman dan wawasan yang lebih luas dalam pembelajaran, seorang guru harus merancang suatu desian pembelajaran Fisika dengan menggunakan model pembelajran yang efektif. Fisika adalah mata pelajaran yang memiliki konsep, skill, dan prinsip-prinsip pemecahan masalah secara logis, kritis dan rasional. Dengan melihat luasnya cakupan dan aspek Fisika, maka dibutuhkan siswa yang mampu untuk membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah-masalah belajar. Disamping itu siswa harus menemukan sendiri pengetahuan dan keterampilan tersebut, dan bukan karena diberitahukan oleh guru. Siswa berperan secara aktif dan mandiri dengan mengembangkan atau menggunakan gagasan-gagasan dalam menyelesaikan masalah pembelajaran sedangkan guru memantau membimbing dengan aktif agar tidak terjadi miskonsepsi ketika siswa membangun sendiri pengetahuannya.
Penerapan perpustakaan sangat tepat digunakan dalam konsep Gelombang Elektromagnetik karena dengan menggunakan penerapan perpustakaan, pembelajaran berlangsung dengan mengaitkan kesiapan struktur kognitif atau pengalaman belajar dengan pengetahuan baru yang akan diterima siswa dengan cara menciptakan lingkungan dan keterampilan yang dibutuhkan akan dapat diingat dan dipahami dalam memori jangka panjang dan sewaktu-waktu dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.
B.Saran
Diharapkan guru mampu mendesain pembelajaran yang efektif salah satunya menerapkan peran perpustakaan dalam pembelajaran dan mampu menginstruksikan siswa agar menemukan hal-hal yang berhubungan dengan gelombang elektromagnetik serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Tugas ini mengharuskan siswa untuk membaca banyak literatur yang berhubungan dengan gelombang elektromagnetik. Disinalah peran perpustakaan sebagai salah satu fasilitas pendukung dalam pembelajaran dapat optimalkan. Kepedulian semua pihak terhadap fungsi perpustakaan sekolah sangat diharapkan agar perpustakaan sebagai jantung di sekolah dapat benar-benar berjalan guna meningkatkan atomosfir pembelajaran dan sebagai tempat pemancaran berbagai pengetahuan di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
AECT,(1977). Defenisi Teknologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali
Bafadal, I (2006). Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Bandung: Bumi Aksara
Dahar, R.W (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Poerwadarminta. (2005). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Sunarto (2002). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta
Suparman, A (1993). Desain Instruksional. Jakarta: PAU Dikti Depdikbud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar